Menggali Sejarah Benteng Santiago, Jendela Masa Lalu Filipina

4 min read

Dikenal sebagai dinding pertahanan dari waktu ke waktu, sejarah Benteng Santiago menyimpan sejuta cerita perjalanan hingga kini menjadi warisan bersejarah. Bangunan ini adalah benteng tertua di Manila, Filipina.

Disebut juga sebagai Fort Santiago, bangunan bersejarah ini menjadi saksi kekalahan Raja Soliman dari Spanyol, invasi Tiongkok oleh Limahong, hingga pengibaran bendera Amerika Serikat pertama sebagai tanda dimulainya kekuasaan Amerika.

Perjalanan Sejarah Benteng Santiago di Filipina

Filipina memiliki sejarah Benteng Santiago, bangunan dengan struktur batuan yang kokoh bergaya arsitektur Italia Spanyol sebagai benteng pertahanan.

Fort Santiago adalah benteng ikonik di Filipina yang dibangun pada tahun 1571 dengan struktur palisade dari kayu gelondongan dan tanah. Dulunya dibangun oleh Raja Soliman di area pemukiman penduduk asli Manila.

Bangunan ini juga dilengkapi dengan artileri dari perunggu. Sayangnya benteng ini hancur di tahun 1574 akibat serangan Tiongkok yang dipimpin oleh Lin Feng (Limahong), seorang bajak laut Tiongkok.

Berdasarkan sejarah Benteng Santiago, Miguel Lopez de Legaspi membangunnya kembali sebagai ibu kota kekaisaran Spanyol yang sedang berkembang di Timur Jauh. Kemudian dinamakan sesuai santo pelindung Spanyol, St. James yang Agung.

Akibat serangan Limahong tadi, maka Fort Santiago dibangun kembali dari struktur batuan yang kokoh dengan gaya arsitektur Italia Spanyol. Mereka membangun ulang dengan pertahanan yang kuat menghadap langsung ke Sungai Pasig.

Struktur dari batu tersebut bertujuan untuk memberikan kesan kokoh sekaligus mengintimidasi siapa saja yang melalui area Sungai Pasig. Masuk tahun 1589-1582, Santiago dibangun kembali, diperbaiki, diperluas setelah rusak akibat gempa bumi.

Benteng ini juga dikenal sebagai markas besar beberapa tentara asing. Mulai dari tentara Inggris (1571-1898), Inggris (1762-1764 selama periode Perang Tujuh Tahun), Amerika (1898-1946), dan Jepang (1942-1945).

Mirip seperti Benteng Stoltenberg di Luzon Utara, sejarah Benteng Santiago pernah menjadi kamp militer Resimen Kavaleri ke-26 Amerika Serikat (Pramuka Filipina). Kamp militer tersebut di bawah Angkatan Darat AS.

Selanjutnya ditinggalkan oleh perwira dan prajurit Resimen kavaleri ke-26 AS. Kemudian saat Jepang menyerang Pearl Harbour di Hawaii, selanjutnya Jepang menyerang Manila dan menduduki sebagian besar bangunan.

Peran Benteng Santiago Selama Perang dan Pertahanan

Selama pendudukan Jepang, Benteng Santiago dimanfaatkan sebagai penjara sekaligus ruang bawah tanah untuk menyiksa para narapidana. Termasuk pernah digunakan sebagai penjara untuk pahlawan nasional, Jose Rizal sebelum dieksekusi pada tahun 1896.

Pemanfaatan sebagai markas besar sekaligus penjara untuk anak-anak, wanita, pria, tentara juga dilakukan oleh Spanyol, Inggris, Amerika. Sejarah Benteng Santiago menyebutkan bangunan ini akhirnya rusak parah selama pertempuran Manila tahun 1945.

Karena kerusakan itu, akhirnya Korps Transportasi AS memanfaatkannya sebagai depot sampai diserahkan ke pemerintah Filipina di tahun 1946. Kemudian di tahun 1950 dijadikan sebagai Kuil Kebebasan dan restorasi.

Selama Perang Dunia II, benteng ini rusak parah. Pasukan Amerika meledakkan diri untuk mengusir tentara Jepang yang berlindung di Benteng Santiago dan menolak menyerah. Gerbang utama hancur, tersisa 2 batu penjaga.

Setelah Perang Dunia II, akhirnya Santiago diperbaiki dan dijadikan taman umum. Filipina mengakui signifikansi sejarah Benteng Santiago pada tahun 1951 kemudian dideklarasikan sebagai Monumen Nasional dan Kuil Nasional.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan banyaknya orang yang disiksa, dipenjara, menjadi martir di Benteng Santiago demi memperjuangkan kebebasan. Sejak tahun 2014, Museum Nasional Filipina mendeklarasikan Santiago sebagai Budaya Nasional.

Transformasi Benteng Santiago Hingga Menjadi Warisan Sejarah

Setelah ditinggalkan oleh pasukan Jepang akibat Pertempuran Manila tahun 1945, banyak granat yang ditumpuk di Benteng Santiago. Meskipun sering diserang gempa bumi dan manusia, benteng ini masih terawat dengan baik.

Perjalanan sejarah Benteng Santiago membuat bangunan ini memiliki dinding kuat. Bagian ujung benteng ditinggikan untuk memberikan pemandangan Sungai Pasig. Tersebar patung-patung logam prajurit yang bertelanjang kaki dan bersandar pada tiang lampu.

Kini bangunan bersejarah ini dibuka bagi wisatawan yang ingin berkunjung. Banyak toko souvenir yang menjual kerajinan khas Filipina. Jalanan panjang di area taman terdapat jembatan yang atasnya menuju gerbang benteng.

Benteng Santiago ini masih berada di kompleks Intramuros dengan luas 0,67 km2. Ruangan Baluartillo de San Francisco Javier kini dijadikan sebagai Pusat Pengunjung Intramuros berisi kios, toko souvenir, ruang audiovisual.

Dilihat dari sejarah Benteng Santiago, di seberang alun-alun masih terdapat sisa-sisa gudang kerajaan yang disebut Almacenes Release. Pertama kali dibangun saat abad ke-16, bangunan ini adalah gudang penyimpanan barang pemerintah.

Dinding bagian belakangnya telah diratakan oleh insinyur militer Amerika saat tahun 1900-an agar memudahkan akses ke dermaga sungai. Kemudian terdapat Tembok Martir berupa plakat kuning.

Isinya daftar korban selamat dan daftar kehormatan warga Filipina yang dipenjara kemudian disiksa selama Perang Dunia II. Berdiri juga Gerbang Benteng Santiago yang mengarah ke tempat suci bagian dalam Fort Santiago.

Tidak hanya mencerminkan kekuatan militer masa kolonial, Santiago juga jadi saksi bisu perjalanan panjang Filipina. Melalui pelestarian dan pendidikan, bangunan ini menjadi inspirasi setiap generasi untuk menghargai warisan sejarah Benteng Santiago.

You May Also Like

More From Author